Senin, Mei 6, 2024
Beranda Rubrik Perspektif Cara Seorang Muslim Menyampaikan Kritik Kepada Penguasa

Cara Seorang Muslim Menyampaikan Kritik Kepada Penguasa

Di Tahun politik menjelang gelaran Pemilu, kita disuguhkan dengan sederet permasalahan dalam bernegara. Hal yang perlu kita sadari bahwa perjalanan bangsa ini dibangun di atas sejumlah permasalah. Artinya, sangat penting mengatasi masalah dalam bangsa ini untuk tetap memelihara kemasalahatan di dalamnya (maslahah al-ammah).

Sejumlah isu ketatanegaraan muncul silih ganti. Sebut saja soal melemahnya supremasi konstitusi, jaminan hak asasi manusia (HAM), korupsi, carut marut legislasi, mengguritanya oligarki dalam sistem politik-ekonomi, hingga kecamuk perang ideologi.

Hal ini sebenarnya membutuhkan kepedulian dan sikap dari seorang muslim. Sebagai warga negara, ia harus ikut andil memperbaiki negara dengan tetap dalam koridor kesyariatan (siyasah syariyyah). Tanggung jawab itu melekat sebagai konsekuensi dari keberadaannya menjalin hubungan dalam suatu negara.

Sikap pemerintah yang demikian tentu menghadirkan kecewa di hati banyak orang. Tidak jarang kekecewaan itu diekspresikan dengan beragam cara. Ironisnya, kekecewaan itu berupa kritik yang destruktif atau tindakan kekerasan. Motifnya juga beragam, salah satunya dengan dalih menegakkan amar makruf dan nahi mungkar.

Hal yang mungkin seringkali dilupakan bahwa Islam memiliki pedoman tersendiri dalam hal ini. Islam mengajarkan bagaimana sikap seorang muslim dalam kapasitasnya sebagai warga negara berhubungan dengan pemerintah, termasuk menegurnya (mengkritik) karena kedzalimannya.

Ketaatan kepada pemimpin jelas ada ketentuannya dalam Alquran. Selaian taat kepada Allah dan Rasul-Nya, kita juga memiliki kewajiban untuk taat kepada pemerintah.

يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آَمَنُوا أَطِيعُوا اللَّهَ وَأَطِيعُوا الرَّسُولَ وَأُولِي الْأَمْرِ مِنْكُمْ

Hai orang-orang yang beriman, taatilah Allah dan taatilah Rasul (Nya), dan ulil amri di antara kamu.” (QS. An Nisa’ [4]: 59).

Akan tetapi, taat kepada pemerintah yang zalim memunculkan beragam ijtihadiyyah sendiri dalam menafsirkan dalil-dalil yang ada. Karena kedzaliman itu ditaruh bukan dalam hubungannya dengan Tuhan, melainkan dalam relasi horizontal antar sesama. Misalnya pemahaman yang didapat dari dua hadits berikut:

يَكُوْنُ بَعْدِيْ أَئِمَّةٌ لاَ يَهْتَدُوْنَ بِهُدَايَ وَلاَ يَسْتَنُّوْنَ بِسُنَّتِي وَسَيَقُوْمُ فِيْهِمْ رِجَالٌ قُلُوْبُهُمْ قُلُوْبُ الشَّيَاطِيْنِ فِي جُثْمَانِ إِنْسٍ. (قَالَ حُذَيْفَةُ): كَيْفَ أَصْنَعُ يَا رَسُوْلَ اللهِ إِنْ أَدْرَكْتُ ذَلِكَ؟ قَالَ: تَسْمَعُ وَتُطِيْعُ لِلْأَمِيْرِ وَإِنْ ضُرِبَ ظَهْرُكَ وَأُخِذَ مَالُكَ

Akan datang setelahku para pemimpin yang tidak mengikuti petunjukku, tidak menjalani sunnahku, dan akan berada pada mereka orang-orang yang hati mereka adalah hati-hati setan yang berada dalam jasad manusia.” (Hudzaifah berkata), “Wahai Rasulullah, apa yang aku perbuat jika aku menemui mereka?” Beliau menjawab, “Engkau dengar dan engkau taati walaupun punggungmu dicambuk dan hartamu diambil.” (HR. Muslim).

عَلَى الْمَرْءِ الْمُسْلِمِ ، فِيمَا أَحَبَّ وَكَرِهَ ، مَا لَمْ يُؤْمَرْ بِمَعْصِيَةٍ ، فَإِذَا أُمِرَ بِمَعْصِيَةٍ فَلاَ سَمْعَ وَلاَ طَاعَةَ

Seorang muslim wajib mendengar dan taat dalam perkara yang dia sukai atau benci selama tidak diperintahkan untuk bermaksiat. Apabila diperintahkan untuk bermaksiat, maka tidak ada kewajiban mendengar dan taat.” (HR. Bukhari no. 7144)

Terlepas dari ranah itu, mengkritik pemerintah tentu dibolehkan dalam Islam. Akan tetapi, Islam juga memiliki cara tersendiri dalam menyampaikannya. Berikut ini adalah dalil kebolehan menyampaikan kritik kepada pemimpin atau pemerintah:

وقال صلى الله عليه وسلم: أفضل الجهاد كلمة حق عند سلطان جائر

Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda: Sebaik-baik jihad adalah ucapan yang hak disisi pemimpin yang zalim. (HR Abu Dawud, At Tirmidzi dan Ibnu Majah).

Hadits ini menunjukkan kebolehan kritik terhadap pemerintah tentu dengan cara yang santun (tanpa kekerasan) dan pelakunya harus memiliki ilmu yang mumpuni agar bisa bertindak benar dengan kritiknya tersebut.

Selanjutnya, kritik seorang muslim kepada pemimpin tidak boleh mendatangkan kemafsadatan, pertumpahan darah, atau kekerasan kepada sesama. Misalnya, dengan menyebarkan fitnah, hoaks, dan adu domba.

Islam sangat melarang keras adanya kekerasan, apalagi sampai mengakibatkan pertumpahan. Hal ini jelas dalam hadits Nabi sebagai berikut:

َزَوَالُ الدُّنْيَا أَهْوَنُ عَلَى اللهِ مِنْ قَتْلِ رَجُلٍ مُسْلِمٍ

Hancurnya dunia ini lebih ringan (dosanya) daripada terbunuhnya seorang muslim.” (HR. Tirmidzi).

Pada akhirnya, seorang muslim dalam kapasitasnya sebagai warga negara harus bisa menumbuhkan sikap kritis terhadap masalah negara. Sikap kritis itu bisa disampaikan melalui dialog bersama yang menekankan kemanfaatan dan solusi sebagai hasilnya,

Seorang muslim harus bisa dengan bijak memanfaatkan fasilitas yang ada dalam mendialogkan aspirasi dengan penguasa. Melalui bangunan sistem pemerintahan untuk serap aspirasi rakyat, memanfaatkan jejaring di media sosial, atau dialog bersama dalam suatu pertemuan antara rakyat dan pemerintah.

(AFR/AFR)

ARTIKEL TERKAIT

Menag : Jangan Pilih Pemimpin Yang Menunggangi Agama Sebagai Kepentingan Politik

Mengingat pemilu yang diporak-porandakan dengan politisasi agama pada 2017 dan 2019 yang lalu, maka, Menteri Agama Yaqut Cholil Qoumas mengingatkan kepada masyarakat...

Mustahil Para Habaib Itu Bernasab Kepada Nabi Muhammad SAW

Penulis: KH Imaduddin Utsman al-Bantani Para habib mengaku sebagai keturunan Nabi Muhammad Saw melalui jalur...

Peredam Paham Khilafah Melalui Dakwah Wasathiyah

            Satu faktor penting dalam merawat persatuan bangsa adalah dengan mengedepankan prinsip keberagamaan Islam moderat atau wasathiyah. Yakni...

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here

Most Popular

Menag : Jangan Pilih Pemimpin Yang Menunggangi Agama Sebagai Kepentingan Politik

Mengingat pemilu yang diporak-porandakan dengan politisasi agama pada 2017 dan 2019 yang lalu, maka, Menteri Agama Yaqut Cholil Qoumas mengingatkan kepada masyarakat...

Mustahil Para Habaib Itu Bernasab Kepada Nabi Muhammad SAW

Penulis: KH Imaduddin Utsman al-Bantani Para habib mengaku sebagai keturunan Nabi Muhammad Saw melalui jalur...

Peredam Paham Khilafah Melalui Dakwah Wasathiyah

            Satu faktor penting dalam merawat persatuan bangsa adalah dengan mengedepankan prinsip keberagamaan Islam moderat atau wasathiyah. Yakni...

BEM PTNU Gelar Aksi Di Depan Kantor BUMN, Berikut Sejumlah Tuntutannya!

Jakarta - Badan Eksekutif Mahasiswa PTNU SeNusantara melakukan aksi unjuk rasa di depan kantor Kementerian Badan Usaha Milik Negara (BUMN) Buntut Penangkapan...

Recent Comments